Kota Malang

Ortu Verrel Terima Permintaan Maaf, Kasus Dianggap Selesai

Diterbitkan

-

Jeanny dan Verell Reuben Senjaya.

*Buntut Kasus Verell, Siswa Autis Dikeluarkan Sekolah

Memontum Kota Malang—–Akhirnya kasus dugaan dikeluarkannya siswa autisme ringan secara paksa, Verell Reuben Senjaya dari SDK St. Maria 2 Malang,  menemui titik terang setelah Kepala SD Katolik St. Maria 2, Suster Veronique Marie SPM, bersama Wali Kelas Fenny Koentoro, datang ke rumah keluarga dan meminta maaf, Jumat (5/10/2018) malam lalu.

“Jumat malam kemarin suster bersama wali kelasnya sudah berbesar hati untuk berkunjung ke rumah kami dan meminta maaf. Keluarga dengan hati terbuka, juga sudah memaafkan mereka. Kami sepakat agar masalah yang ada diselesaikan secara kekeluargaan dan secara baik-baik tanpa ada intervensi dari pihak ketiga,” terang Jeanny, ortu Verrel saat ditemui di rumahnya.

Selain pihak sekolah SD Katolik St. Maria 2 Malang, perwakilan dari Yayasan Dharmaputri pun juga telah mengundang orangtua Verell untuk menindaklanjuti kasus dikeluarkannya Verell dari SDK. St. Maria 2. Mereka bertemu dan membahas terkait masalah tersebut. Hasil dari pertemuan tersebut, pihak yayasan berjanji akan mengevaluasi kembali sistem yang ada.

Advertisement

“Keinginan saya sudah diterima sesuai dengan visi yang saya buat. Visi saya hanya ingin yayasan mengetahui. Kami sudah bertemu dan mereka sampaikan akan mengevaluasi. Kami juga meminta kepada yayasan agar tidak ada kasus lain yang terjadi lagi, khususnya kasus serupa dengan Verell. Atas pertemuan itu, maka kasus ini kami anggap selesai,” ungkap Jeanny.

Tak hanya itu, rencananya Selasa (9/10/2018), Jeanny akan menutup petisi yang sebelumnya dimuat dalam laman change.org. Alasannya, visinya agar pihak yayasan mengetahui masalah yang menimpa anaknya sudah tersampaikan.

Sebelumnya, ramai diviralkan dalam petisi https://chn.ge/2QnNOYz yang dibuat ortu Verrel, terkait dikeluarkannya Verrel karena dianggap autis tak mampu mengikuti pelajaran sehingga tidak naik ke kelas 6. Padahal nilai raport Verrel dinilai lebih baik dibandingkan teman-temannya yang normal dan nilainya dibawah Verrel, namun naik kelas 6. Sementara, saat pengambilan raport, ortu justru diminta mengisi blanko pengunduran dirinya untuk pindah sekolah. Atas perlakuan tersebut, ortu Verrel menilai terjadi diskriminasi tidak naik kelas yang dialami anak sulungnya. (rhd/yan)

Advertisement
Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas