Banyuwangi

SMA Muha 3 Genteng Gusur Rumah Warga Tanpa Ganti Rugi

Diterbitkan

-

Kepala Sekolah SMA Muha 3, Sukadi (pakai Peci) didampingi Wakasek Sarpras, Purwoto saat mediasi di kantor Desa Genteng Kulon. (ant)

Memontum Banyuwangi – Wartini (57) dan Suwarto (59), warga Dusun Sawahan, RT 001 RW 003, Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng meminta pertanggung jawaban SMA Muhamadiyah 3 (Muha 3) Genteng, Banyuwangi mengganti rugi rumahnya yang diduga telah dirobohkan/dibongkar oleh oknum guru Muha 3 beberapa waktu lalu.

Sebenarnya, korban penggusuran sepihak yang dilakukan oleh oknum guru SMA Muha 3 tidak mau permasalahan ini berkepanjangan, dan diselesaikan secara kekeluargaan. Sayangnya, mediasi yang difasilitasi oleh Desa Genteng Kulon, bertempat di ruang Badan Permusyawaratan Desa (BPD) pada Jum’at (21/8/2020), dan dihadiri kedua belah pihak tidak menemukan jalan keluar. Bahkan, pihak SMA Muha 3 terkesan mengabaikan permintaan korban.

Kakak beradik (Suwarto dan Wartini) mengungkapkan, dirobohkannya rumah miliknya itu, bertepatan ketika pihak SMA Muha 3 akan mengajukan akriditasi A pada tahun 2017. Menurutnya, rumah yang terbuat dari rangka kayu dan berdinding teriplek, adalah hasil peras keringat dirinya dan keluarga. Menurutnya, rumah tersebut masih kokoh dan sebelahnya berdiri bangunan warung berbahan dari bambu.

Masih menurut Wartini, bangunan warung kondisinya kurang bagus, dan bangunannya menempel di dinding gedung sekolah dimungkinkan sangat menggangu proses belajar mengajar. Maka dari itu, bangunan tersebut dirobohkan oleh oknum guru tersebut.

“Saya hanya menuntut ganti rugi saja. Saya dan SMA Muha 3 itu sama-sama menumpang di lahan milik orang, kok enaknya menggusur orang tanpa perasaan. Apalagi SMA Muha 3 itu pegawainya berpindidikan semua, dan beragama, masak seperti itu moralnya,” keluh Wartini kepada Memo X, Senin (24/8/2020).

Advertisement

“Saya masih ingat, dirobohkan rumah saya itu, gara-gara SMA Muha 3 mau melaksanakan akriditasi A. Tanpa memberitahu saya tahu-tahu rumah saya dirobohkan,” imbuhnya.

Wartini dan Suwarto mengaku sangat geram dengan oknum-oknum guru yang tidak bertanggung jawab tersebut. Padahal, rumah tersebut dibangun dengan hasil jerih payah bertahun-tahun. “Saya dan kakak saya ini kerjanya serabutan. Dan penghasilannya tidak menentu. Agar saya dan saudara saya ini punya rumah, kami menabung. Tapi setelah saya punya rumah kok malah dirobohkan seenaknya,” ujar Wartini.

Sementara Kepala Sekolah SMA Muha 3, Sukadi didampingi Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Bidang Sarana dan Pradana (Sarpras), Purwoto membantah jika pihaknya membongkar rumah milik Wartini dan Suwarto. Menurutnya, robohnya rumah Wartani itu sebelum pihaknya mengajukan akriditasi.

Menurut Purwoto pihaknya tidak pernah merobohkan rumah namun rumah itu roboh sendiri karena banyak yang lapuk. “Rumah itu roboh sendiri, dan tidak dihuni oleh pemiliknya selama dua tahun. Kami tidak pernah merobohkan rumah itu,” tegas Purwoto kepada Memo X.

Advertisement

Masih menurut Purwoto, kejadian rumah itu roboh, bersamaan ambruknya atap sekolah yang ada disamping rumah milik Wartini dan Suwarto. “Atap ruang kelas disamping rumah Wartini itu memang sudah lapuk, dan tidak ditempati. Malah dulunya, Wartini membikin usaha di ruang kelas itu kok,” ujar Purwoto mempertegas.

Dibersihkan puing-puing bangunan yang roboh itu karena material bangunan yang berserakan, agar terlihat rapi dan bersih. “Perlu diingat rumah milik Wartini itu bukan terbuat dari tembok tapi dari triplek. Dan kayu-kayunya sudah lapuk semua, dan langsung kami bakar, karena berserakan dan kotor,” pungkasnya sembari menunjukkan foto atap bangunan yang keropos sebelum ambruk. (ant/mzm)

Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas