Kota Malang

Strive Sukses Bina 2400 UKM Malang Raya, Buka Peluang pada Semester Kedua

Diterbitkan

-

Andi Dian Roosahandita, Nino Rianditya Putra, dan Wirya Wardaya, saat menjelaskan program Strive pada awak media. (rhd)

Memontum Kota Malang—Sebagai pioneer, Malang ditunjuk oleh Yayasan Mercy Corps Indonesia (YMCI) dalam mengembangkan program STRIVE (Strengthening and Improving the Vibrant Entrepreneurial Ecosystem), yakni pengembangan kapasitas Usaha Mikro dan Kecil (UMK) melalui pelatihan dan pendampingan dalam hal literasi keuangan, akses pasar, manajemen usaha, dan dukungan lain yang diperlukan terkait pengembangan usaha.

YMCI sebagai lembaga non-profit berbadan hukum Indonesia, mengedepankan metode kerja kemitraan yang bertujuan meningkatkan keberlanjutan program dalam jangka panjang, melalui kemitraan dengan pemerintahan, private sector (LJK), civil society, dan media. Salah satunya, sekitar 2.400 UKM sebagai striver di Kota Malang dan Kabupaten Malang (Malang Raya).

“Kami memulai assessment, pemetaan dan ToT mitra potensial sejak Maret 2017. Setelah mendapatkan 6 mitra potensial yang terbagi 3 mitra di Kota Malang dan 3 mitra di Kabupaten Malang, kami mulai melaksanakan pelatihan, pembinaan, dan pendampingan. Saat ini sudah terjalin 2.400 striver, dimana 80 persen didominasi oleh kaum perempuan,” jelas Wirya Wardaya, Koordinator Strive Malang Raya, kepada Memo X.

Wirya menjelaskan, syarat menjadi strivers yaitu pengusaha mikro kecil yang sudah beroperasi minimal 2 tahun dan memiliki 2-10 pegawai. “Strive menekankan pada pengusaha yang bergerak di sektor agrikultur dan hortikultur, pengolahan makanan dan minuman, serta pedagang eceran. Saat ini 700 strivers tersebar di Kota Malang, sisanya di Kabupaten Malang. Dimana 80 persen masih didominasi sektor pengolahan makanan dan minuman,” tambah Wirya.

Advertisement

Alasan dipilihnya wilayah Malang Raya sebagai pioneer, dikarenakan Malang Raya bukan termasuk kota besar di Indonesia, namun UKM-nya terbesar di Indonesia. “Di periode pertama ini target awal 2.250 strivers. Namun animonya cukup tinggi hingga tercapai sekitar 2.400 strivers. Itupun masih banyak pengusaha mikro kecil yang belum tersentuh. Selanjutnya, kami akan evaluasi dulu, metode apa yang perlu diperbaiki dan dikembangkan pada gelombang berikutnya di semester kedua tahun ini. Hasil evaluasi juga akan kami kembangkan di kota lainnya. Jadi mohon bersabar bagi yang belum bergabung,” terang Nino Rianditya Putra, Strive Program Manager.

Umumnya, kendala yang yang dihadapi UKM hampir sama dalam mengembangkan usaha dan partisipasi pasar, seperti kesulitan mendapatkan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), akses pinjaman dari lembaga jasa keuangan (LJK), dinas pemerintahan terkait, dan lainnya. Sebagai sarana penyampaian kegiatan pengembangan kapasitas, Strive menggunakan kombinasi saluran digital dan sesi tatap muka, berdasarkan tingkat kebutuhan strivers. “Mulai maping, packiging, metode pemasaran, penjualan, dan kebutuhan lainnya, telah kami persiapkan. Tentunya, akan ada penambahan kedepannya,” tambah Nino.

Senada, Strive Program Assistant, Andi Dian Roosahandita, menyampaikan bahwa selama ini mindset masyarakat terkait LJK hanya tentang pinjaman uang, padahal produk keuangan bisa berubah pelatihan. Untuk wilayah Malang Raya, Strive menggandeng BPR Tugu Artha, CU Sawiran, dan BPR Nusumma. “Melalui mitra, Strive memberikan pelatihan dan mentoring kepada strivers dalam meningkatkan akses pada produk dan layanan LJK, penyedia berbagai sumber daya, serta menghubungkan para pihak dengan entitas sektor swasta dan kelompok bisnis masyarakat. Diharapkan nantinya dapat memberikan kontribusi pada peningkatan dan pengembangan usaha, serta berkontribusi menciptakan lapangan keuangan,” tandas wanita asal Bone ini. (rhd/yan)

Advertisement
Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas