Kota Malang

Teliti Reproductive Herbalisme, Wakil Rektor IV UB Jadi Guru Besar ke-243

Diterbitkan

-

Teliti Reproductive Herbalisme, Wakil Rektor IV UB Jadi Guru Besar ke-243

Memontum Kota Malang – Wakil Rektor IV Universitas Brawijaya, Prof. Dr. Ir. Moch. Sasmito Djati, M.S., melakukan linierisasi dan hilirisasi keilmuan dengan roadmap penelitian yang telah ditetapkan Jurusan Biologi, yaitu pemanfaatan alam Indonesia yang sangat kaya dengan keanekaragaman hayati. Menurutnya, manusia terbiasa hidup sehat sejak lahir, memakan makanan dengan bumbu rempah-rempah yang kaya akan antioksidan, merupakan small medicine untuk kesehatan dan daya tahan tubuh.

Hal ini disampaikan Prof. Dr. Ir. Moch. Sasmito Djati, M.S., saat membawakan kajian berjudul “Reproductive Herbalisme, Metode Pendekatan Berdasarkan Mekanisme Sinergetik Komplek dalam Membangun Sistem Pertahanan Tubuh dan Kesehatan Reproduksi”. Kajian tersebut disampaikan dalam pengukuhan dirinya sebagai Guru Besar baru ke-243 dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), di Gedung Widyaloka, Rabu (16/1/2019).

Pengukuhan Prof. Dr. Ir. Moch. Sasmito Djati, M.S., sebagai Guru Besar UB ke-243

Pengukuhan Prof. Dr. Ir. Moch. Sasmito Djati, M.S., sebagai Guru Besar UB ke-243

Prof Sasmito melakukan formulasi herbal di bidang reproduksi, khususnya functional food ibu hamil dan setelah melahirkan. Bahan utama yang digunakan adalah Daun Katuk (S. Androgynous) dan Tapak Liman (Elephantopus scaber). “Kedua bahan tersebut merupakan Imunomodulator yang dapat memodulasi sistem pertahanan atau membentuk antibodi ibu hamil dan menyusui, juga dapat mengatasi anemia. Karena pada prinsipnya, herbal merupakan bahan yang kompleks. Itu menunjukkan tanaman tersebut dapat membangun sistem pada tubuh manusia,” jelas Wakil Rektor IV UB ini.

Namun, Prof. Sasmito menyampaikan, berdasarkan penelitiannya, ditemukan setiap tanaman mempunyai kemungkinan adanya toxic, serta tidak bisa diterapkan di semua ras. Seperti daun katuk, yang ternyata berbahaya bagi paru-paru orang dengan ras Mongoloid, tetapi aman untuk ras Malayan Mongoloid. Dan banyak juga kasus gagal ginjal karena rutin terpapar toxic yang terdapat pada tanaman herbal. Untuk itu, Sasmito berharap agar formulasi jamu di bidang reproduksi dapat dijadikan dasar-dasar ilmu pengembangan oleh para peneliti, sebagai prinsip dasar pengembangan jamu di bidang ilmu yang lain.

“Dalam mengkonsumsi herbal tidak dapat disamaratakan. Kasus tiap orang berbeda. Perlu adanya penelitian yang sistemik dengan memeriksa jantung, ginjal, serta memperhatikan dosis dalam mengkonsumsi herbal, agar fungsinya sebagai detox tidak berubah menjadi toxic. Semakin banyak penelitian di bidang jamu, akan semakin banyak hal yang selama ini belum kita ketahui akan terungkap secara saintifik,” tandasnya. (rhd/yan)

Advertisement
Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas