Kota Malang
Tim Apatte 62 Brawijaya Melaju ke Shell Eco Marathon Asia
*Usai Juara Umum II KMHE 2017
Memontum Kota Malang—Usai berlaga dalam ajang Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE) yang digelar Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) di Kenjeran Park, Surabaya, Selasa-Sabtu (7-11/11/2017), Tim Apatte 62 Brawijaya dari jurusan mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya lolos dan bakal melaju ke ajang Shell Eco Marathon Asia pada Maret 2018 di Singapura.
Dalam ajang KMHE, tim Apatte 62 Brawijaya membawa 4 mobil hemat energinya. Setiap MHE menempuh 8 lap dengan total jarak 11.600 meter dalam waktu 30 menit untuk adu irit dan adu cepat, baik penggunaan bbm diesel dan gasoline, maupun elektrik.
Dalam KMHE tersebut, hanya 3 MHE milik tim Apatte 62 Brawijaya yang berhasil menyabet prestasi penghargaan, sehingga membawa UB menjadi juara umum ke-2 setelah Institut Teknologi Surabaya (ITS).
Ke-4 MHE milik tim Apatte 62 Brawijaya tersebut, diantaranya Apatte Brawijaya II prototype electric yang menyabet juara 1 (medali emas) dan uang pembinaan Rp. 7,5 juta, Apatte 62 Brawijaya III urban concept electric yang menyabet juara 3 (medali perunggu) dan uang pembinaan Rp. 3,5 juta, Apatte 62 Brawijaya I urban concept Diesel ICE sebagai Best Desain Report dengan material fiber carbon dan uang pembinaan Rp. 1,5 juta, dan Apatte 62 Brawijaya IV prototype Gasoline ICE.
Untuk melangkah ke ajang Shell Eco Marathon Asia di Singapura, tim Appate 62 Brawijaya justru mengandalkan Apatte 62 Brawijaya III urban concept electric, bukan Apatte Brawijaya II prototype electric. Beranggotakan 12 orang mahasiswa, mereka siap saling membahu memperbaiki dan meningkatkan performa Apatte 62 Brawijaya III urban concept electric.
“Meski di ajang KMHE meraih juara 3, kami optimis membawa Apatte 62 Brawijaya III ke Shell Eco Marathon Asia di Singapura. Karena peluangnya lebih besar dengan bahan bodi Composite Kevlar, yaitu bahan yang dipakai part pesawat, ringan namun setara dengan logam. Setelah evaluasi, hanya butuh persiapan 50 persen dengan mengubah sasis, meminimalisir gesekan (friction) tiap lini, gesekan pada pengereman (breaking), rooling resisten rendah, dan lainnya,” jelas General Manajer Tim Appate 62 Brawijaya Dana Damara Putra, didampingi Tri Tiadi, anggota tim bidang body and frame.
Kedua mahasiswa jurusan mesin semester 7 ini menambahkan, Apatte 62 Brawijaya III merupakan produk bantuan sponsor PT Dirgantara Indonesia untuk bodi dan sasis, termasuk fasilitas, material, dan man power senilai Rp 190 juta. Sementara mesin dan lainnya menghabiskan dana sekitar Rp 200 juta dari bantuan lainnya.
“Untuk berat total 80 kilogram, termasuk berat bodi 8,5 kilogram. Sebab faktor aerodinamis pada bodi sangat berpengaruh, didukung bahan bakar baterai elektrik yang zero emission. Dengan daya 1.000 watt, bisa menempuh 144 km/kwh, dengan kecepatan 40 km/jam. Sebab yang dinilai nanti itu efiesiensi, semakin irit bahan bakar dan semakin jauh jarak tempuh,” jelas Tri.
Kendala terbesar saat balapan yaitu cuaca panas di lokasi lomba. Sebab motor listrik mencapai efisiensi terbaik ketika situasi normal atau dingin. (rhd/yan)