Kota Malang

Puluhan Pemulung Kehilangan Pekerjaan, Buntut Ditutupnya TPA Lowokdoro

Diterbitkan

-

Seladi dan para pemulung berharap pemerintah membuka kembali TPA Lowokdoro. (gie)

Memontum Kota Malang—Puluhan pemulung di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Lowokdoro, Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sukun, Kota Malang, sejak 2 hari ini kehilangan pekerjaaanya. Hal itu dikarenakan sejak Senin (13/3/2018) pagi, pintu TPA sudah ditutup oleh Pemkot Malang. Di gerbang TPA terdapat papan pemberitahuan larangan yang bertuliskan “Pemerintah Kota Malang. Tanah dalam pengawasan Kota Malang. Dilarang menggunakan/ memanfaatkan mendirikan bangunan tanpa ijin . Pasal 399 Jo 551 KUH.””

Menurut keterangan salah satu pemulung, Seladi (59) warga Gadang, Kecamatan Sukun, Kota Malang, berharap TPA Lowokdoro ini kembali dibuka. Pensiunan polisi berpangkap Bripka ini dan teman-temannya sesama pemulung sejak 2 hari ini sudah tidak bisa lagi bekerja.

 Papan larangan dari Pemkota Malang. (gie)

Papan larangan dari Pemkota Malang. (gie)

“Di TPA ini ada 24 KK yang sehari-harinya bekerja sebagai pemulung. Mereka sudah lama tinggal disini mengais rejeki dengan pemulung sampah. Setiap harinya ada sekitar 50 sampai 60 gerobak sampah dari kampung-kampung yang membuang di sini. Kami disini mengais rejeki,” ujar Seladi.

Dengan ditutupnya TPA Lowokdoro ini maka tidak hanya pemulung saja yang kehilangan pekerjaànya. Namun juga petugas pembuang sampah yang digaji dari urunan warga tidak bisa membuang sampah di TPA Lowokdoro.

“Kami ingin dibukanya lahan ini. Biar saudara kita yang tidak kerja bisa kerja kembali. , Pemulung tidak bisa kerja. Gerobak sampah juga tidak bisa masuk. Kehidupannya disini dari pemulung sampah. Petugas sampah kampung yang digaji urunan warga juga tidak bisa masuk kesini,” ujar Seladi.

Advertisement

TPA ini sudah ada sekitar 17 tahun lalu dan digunkaian untuk mengais rejeki dari para pemulung.

“Sudah ada sekitar 17 tahun. Kami memanfaatkan sampah-sampah ini untuk dipilah-pilah menjadi rejeki. Bahkan disini juga akan didirikan bangunan untuk pengolahan kompos. Bangunannya sudah berdiri namun masih kosong. Kalau tiba-tiba ditutup seperti ini bagiamana nasib pemulung sampah,” ujar Seladi.

Kini Seladi dan para pemulung berharap pemerintah membuka kembali TPA Lowokdoro. “Mohon dengan horman bapak yang berwenang, pemerintah atau siapa saja yang telah menutup tempat ini mau dan bisa membuka kembali. Agar saudara kita penghasilannya dari sampah ini bisa bekerna kembali. Kehidupannya dari ini.Pemerintah katanya mau menuntaskan kemiskinan, tapi ini malah ditutup. Orang- orang yang tidak bekerja bisa kerja. Ada penghasilan walaupun sampah ada rejekinya. Ini juga untuk membantu mengurangi penggangguran,” ujar Seladi.

Menurut Sumiati (45) pemulung yang tinggal di TPA Lowokdoro, bahwa dia sudah bisa bekerja selama 2 hari. Padahal harapan satu-satunya pekerjaaanya dari sampah. ” Kalau gak kerja gini ya gak bisa makan. Kalau tidak ada pembuangan ya kami gak bisa makan. Ini harapan kita untuk mencari rijki. Kalau gak kerja gini kita makan apa,” ujar Sumiati.

Advertisement

Sumiati tinggal di TPA LOwokdoro bersama suami dan 3 anaknya. “Penghasilan kami sekeluarga jika dikumpulkan semua sebesar Rp 1,5 juta. Kami makan ya dari sini. Kelurga kami semua bekerja sebagai pemulung untuk bisa bertahan hidup sehari-hari,” ujar Sumiati. (gie/yan)

Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas