Kabupaten Malang

Festival Kampoeng Dilem, Asli Budaya Desa Gondowangi Wagir

Diterbitkan

-

:Kepala Desa Gondowangi, Danis Setia Budi Nugraha(Ist)

Memontum Malang—–Kesimpang siuran berita tentang ‘Festival Kampung Dilem’ terkait ketidaksesuaian informasi atas stakmen Camat Wagir beberapa hari lalu. Kepala Desa (Kades) Gondowangi, Danis Setia Budi Nugroho melakukan klarifikasi.Menurutnya,festival Kampoeng Dilem merupakan perayaan kebudayaan milik asli warga Desa Gondowangi Kecamatan Wagir. Danis yang tercatat selaku penggagas festival tersebut, Festival tersebut membeberkan,hal itu menjadi salah satu wadah informasi pembangunan dan program yang akan dikerjakan pemerintah desa, melalui hiburan yang mempunyai energy untuk mengikat secara emosional.

“Yang paling penting bagi warga desa adalah untuk wadah belajar, bertukar gagasan, saling memberi ide, mengkritik ala desa, dan juga mengapresiasi dari setiap elemen yang terlibat yaitu seluruh masyarakat. Jadi kan asik, kalau dalam sarasehan kita juga bisa menerima aspirasi langsung dari warga desa secara langsung,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (13/9/2018)lalu. Masuk tahun ketiga perhelatan Festival Kampoeng Dilem, jatuh pada bulan oktober dimana momen-momen sejarah perjuangan bangsa dapat di sinergikan yaitu mulai tanggal 1 sampai 6 Oktober.

Sementara itu, Penentuan tanggal didasarkan pada bulan jawa dimana bersih desa Gondowangi jatuh pada bulan suro hari sabtu wage. “Festival Kampoeng Dilem #3 tahun 2018 akan lebih bervariatif acaranya, ada diskusi pemerintahan dan budaya, pertanian, kesenian, dan pastinya pengisi acara yang sangat luar biasa yang berasal dari Desa Gondowangi sendiri ataupun partisipan dari luar daerah, bahkan dari mancanegara. Tahun ini salah satu pengisi acaranya yaitu Debu Mustofa,” jelasnya. Kata dia, salah satu yang paling ditunggu yaitu NIGHT CARNIVAL (karnavalan bengi, red) ala Desa Gondowangi dengan sub tema “ DEWI SRI”. Dalam tema itu sendiri mempunyai makna harapan petani agar hasil panen bisa melimpah.

“Konsepnya,kami memasang lampu yang tersebar di 40 titik dengan karpet merah sebagai rutenya. Dengan rute sekitar 500 meter, nanti para peserta akan berjalan sambil menyuguhkan penampilan seni yang dikonsep menjadi panggung seperti JFC atau Jatim Specta. Salah satu misi besar yang kami usung, adalah memberi tahu kepada masyarakat, bahwa dalam skala desa mampu membuat event yang berskala nasional,” ujarnya. Dalam perhelatan tersebut, ia menjelaskan pihaknya juga telah menyiapkan 150 lapak yang akan digunakan warga untuk menjajakan produk mereka masing-masing. “Dari 150 lapak, 100 lapak akan diberikan kepada warga desa secara gratis, dan yang 50 akan disewakan. Lapak yang disewakan juga bisa menambah pendapatan bagi desa. Dimana hingga saat ini ke 50 lapak yang disewakan sudah laku hampir setengah,” jelas Danis.

Advertisement

Disinggung terkait yang digunakan untuk menggelar kegiatan tersebut. Danis menjelaskan, anggaran yang disiapkan sekitar Rp 80 juta. Dimana sekitar 20% dana diambil dari Dana Desa (DD), dan sisanya dari swadaya masyarakat serta hasil pengelolaan unit bisnis dalam acara tersebut, dengan usung tema “Bertemunya Teknologi dan Tradisi ” dengan konsep panggung Capil Petani Salam Dari Desa. (Sur/yan)

Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas