Politik

Pilwali Kota Pasuruan Mandul Parpol Tak Berani Tentukan Calon

Diterbitkan

-

Pilwali Kota Pasuruan Mandul Parpol Tak Berani Tentukan Calon

Memontum Pasuruan – Gawe pemilihan umum kepala daerah (Pilkada) Kota Pasuruan tahun 2020 kurang lima bulan lagi. Publik Kota Pusaka (Pasuruan Kota) ini sudah mulai hangat membicarakan siapakah bakal calon pemimpinnya.

Partai politik juga begitu, sibuk melakukan komunikasi politik untuk mencari teman berkoalisi untuk mengusung jagoannya. Parpol juga tengah memanasi mesin politiknya yang bakal digeber untuk memenangkan persaingan di sirkuit pilkada 9 Desember 2020 nanti.

Namun, sampai saat ini belum satupun parpol yang mengumumkan siapa bakal calon kepala daerah yang direkomendasi pengurus pusatnya.

Publik baru disuguhi nama-nama bakal calon kepala daerah yang terpampang di banner, baliho ataupun berita di media masa. Dan kebanyakan tidak tahu apakah nama-nama di banner itu adalah insan idaman yang mumpuni memimpin kota ini. Yang memiliki dedikasi, kapasitas, visioner dan mengayomi masyarakat kota pesisir ini.

Advertisement

Pertanyaan publik itu ditangkap oleh Padang Howo WatsApp Grup dengan menggelar sebuah acara Kopi Darat (Kopdar) ke-6 di salah satu resto di Kota Pasuruan, Sabtu (04/07/2020) siang.

Acara diisi dengan diskusi memilih pemimpin berkualitas secara Demokratis. Dengan tema : “Pasuruan Milik Kita”.

Dibuka H Aminurohman, mantan Walikota Pasuruan dua periode. Dalam pidato pembukaannya dia mengatakan, hadirnya forum ini sebagai indikator momentum melahirkan pemimpin yang demokratis.

Hal ini harus di bicarakan serius dan peserta harus mengesampingkan egonya, baik ego politik maupun struktural.

Advertisement

Demokrasi ini memang harus di bangun dengan mengedepankan prinsip kebersamaan tiga pilar, yakni, partai politik, penyelenggara dan media sebagai representasi rakyat yang menyuarakan aspirasi rakyat.

Kalau 3 unsur ini satu saja tidak berjalan dengan baik, makan demokrasi ini akan menjadi tidak baik. Misal, jika media tidak faktual dan obyektif maka demokrasi juga akan menjadi timpang.

Anggota Komisi-2 DPR-RI ini juga mengingatkan penyelenggara pemilu. Menurutnya, tantangan KPU dan Bawaslu teramat berat. Berbeda dengan sebelumnya, karena kondisi wabah Covid-19 menjadi kultur baru yang harus diadaptasi termasuk regulasi KPU.

“Dan diskusi ini adalah pendidikan politik bagi masyarakat yang paling strategis. Semoga acara ini memberi kontribusi positif bagi demokrasi di kota Pasuruan, ” tutup Amin sebelum membuka acara diskusi.

Advertisement

Diskusi tersebut dihadiri oleh bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. Seperti, HA Anshori, M Ismail Nachu, Ayik Suhaya, M. Junaedi, DR Sumarjono, MPd, Budi Widayat Dan Gus Awiek. Hadir juga tokoh-tokoh masyarakat seperti, H Pujo Basuki dan Rum Latif.

Dipandu oleh moderator dari tokoh mudah Kota Pasuruan, Amin Suprapyitno. Diskusi berjalan gayeng, mengalir, santai namun cerdas. Ditambah dialek bahasa sang moderator yang medog Jawa dan sentuhan humornya, menambah suasana lebih mencair jauh dari kesan formal.

Seluruh bakal calon kepala daerah digilir oleh sang moderator untuk berbicara, mengeluarkan ide dan gagasannya bagaimana memilih pemimpin yang demokratis.

Pandangan-pandangan politik dari kalangan akademisi, Ketua LSM dan politisi juga mewarnai acara yang dihadiri ratusan anggota Padang Howo WA Grup dan simpatisan bakal calon kepala daerah.

Advertisement

Diskusi tersebut juga dihadiri Ketua KPU Kota Pasuruan, Royce Diana Sari dan ketua Panwaslu Kota Pasuruan M. Annas. Royce memanfatkan momen itu untuk mensosialisasikan tahapan pemilu.

Diantaranya tahapan pendataan pemilih yang akan dilangsungkan pada tanggal 15 Juli 2020. Dia meminta parpol membantu sosialisasi tersebut ke kader-kadernya agar masyarakat siap saat dilakukan pendataan.

M Anas, di kesempatan tersebut mengatakan, penyakit demokrasi adalah money politik. pemilu yang demokratis adalah syarat mutlak melahirkan pemimpin yang berkualitas. Namun, itu semua tergantung masyarakat sendiri.

“Bagaimana peran Bawaslu dalam rangka melahirkan pemimpin yang demokrasi. Satu jawabannya adalah kejujuran kita masing-masing, dari parpol atau calonnya sendiri. Jangan sampai menerima money politik dari calon dan parpol, kalau rakyat menghendaki pemimpin yang berkualitas.

Advertisement

Menurut Amin Suprayitno, diskusi ini diseting santai, terbuka dan tidak ada kesimpulan. Sebab, acara tersebut sifatnya edukasi.

“Kami hanya menyajikan ide-ide dan gagasan dari pelaku politik, akademisi dan elemen masyarakat lainnya, dalam memilih seorang pemimpin berkualitas secara demokratis. Selanjutnya biar rakyat yang menilainya, “ujarnya usai acara. (bw/arf/tim)

 

Advertisement
Advertisement
Lewat ke baris perkakas