Politik

Ngaku 4 Bulan Tak di Sidoarjo, Bacabup Perseorangan Pilkada Sidoarjo Mendadak Mundur

Diterbitkan

-

Bacabup Perseorangan (Independen) Sidoarjo, Agung Sudiyono yang sempat mendaftar di Partai Gerindra dan ke KPU Sidoarjo beberapa waktu lalu, kini mengundurkan diri dari perhelatan Pilkada di Sidoarjo
Bacabup Perseorangan (Independen) Sidoarjo, Agung Sudiyono yang sempat mendaftar di Partai Gerindra dan ke KPU Sidoarjo beberapa waktu lalu, kini mengundurkan diri dari perhelatan Pilkada di Sidoarjo

Memontum Sidoarjo – Bakal Calon Bupati (Bacabup) Perseorangan (Independen), Agung Sudiyono mendadak menyatakan mengundurkan diri hiruk pikuk perhelatan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Sidoarjo 9 Desember 2020 mendatang.

Bahkan, kini pihaknya juga tidak akan memikirkan melengkapi berkas kekurangan 125.986 dukungan setelah pleno Verifikasi Faktual (Verfak) calon perseorangan, Senin (20/07/2020) kemarin.

Alasan Agung Sudiyono, lantaran Pilkada Sidoarjo perhelatan dan prosesnya digelar saat masih pandemi Covid-19 belum terselesaikan.

“Sebagai pertanggungjawaban moral, kami sudah bertekad tidak akan melanjutkan kegiatan politik di masa pandemi. Untuk itu, kami memutuskan untuk menarik diri dari pencalonan sebagai Bupati Sidoarjo. Ini juga sebagai protes karena Pilkada 2020 terkesan dipaksakan,” ujar Agung Sudiyono melalui pesan WA kemarin. Agung berharap langkahnya ini bisa dimaklumi oleh seluruh pendukung dan lapisan masyarakat Sidoarjo.

Advertisement

“InsyaaAllah siapa pun yang nanti menjadi Bupati Sidoarjo bisa menjalankan amanah rakyat dengan baik, jujur dan bertanggung jawab,” pintahnya.

Agung yang juga pengusaha perumahan ini mengaku kebingungan yang menjadi pemikiran para pemangku kepentingan (kebijakan). Sehingga Pilkada 2020 tetap dilaksanakan di tengah pandemi meski rencananya tetap menggunakan protokol kesehatan. Padahal seharusnya pemerintah lebih fokus pada penangan dampak ekonomi akibat berita viral virus Corona yg menyebabkan semua kegiatan ekonomi mandeg.

“Saat ini, rakyat menjerit akibat banyak PHK, semua kebutuhan melonjak, penghasilan berkurang dan bahkan tidak ada pemasukan sama sekali.

Mestinya pemerintah lebih fokus pada penangan dampak ekonomi yg saat ini sangat memprihatinkan. Dana Pilkada yang begitu besar seharusnya bisa digunakan untuk memberi subsidi belanja kepada masyarakat,” tegasnya.

Advertisement

Bagi Agung yang jadi pertanyaan adalah, jika Pilkada yang begitu dipaksakan harus dilaksanakan tahun ini, mengapa sekolah anak-anak sampai saat ini masih menggunakan sistem daring? Sedangkan sistem daring hanya mengajarkan ilmu akademis, tapi tentang pembelajaran akhlak dan aqidah sangat sulit diterapkan dengan sistem daring.

“Karena pembelajaran akhlak merupakan duplikasi guru, ustadz dan ustdzah. Tidak bisa diterapkan dengan sistem belajar jarak jauh,” ungkapnya.

Sementara saat ditanya soal keberadaannya, Agung mengaku sudah 4 bulan sudah tidak berada di Sidoarjo. Tepatnya sejak adanya pandemi Covid-19.

“Sudah 4 bulan terakhir saya tidak lagi di Sidoarjo. Saya dan anak-anak berada di pegunungan (villa). Sejak anak-anak harus libur (belajar di rumah), sejak saat itu saya memutuskan untuk menggantikan peran ustadz ustadzah selama di rumah. Dengan konsekwensi seluruh aktifitas saya diluar harus dipantau dari rumah,” tandasnya. Wan/yan

Advertisement

 

Advertisement
Lewat ke baris perkakas