Situbondo

Rokat Agung dan Selamatan Desa 10 Muharram 1440, Pemdes Duwet Gelar Pengajian Umum

Diterbitkan

-

Rokat Agung dan Selamatan Desa 10 Muharram 1440, Pemdes Duwet Gelar Pengajian Umum

Memontum Situbondo – Dalam rangka rokat agung dan selamatan desa 10 muharam 1440 hijriyah, Pemdes Duwet, Kecamatan Panarukan menggelar ngaji dan bersholawat dengan pengajian umum serta pawai obor yang bertempat di halaman balai desa yang baru, kemarin (20/9/2018).

Pantauan Memontum.com, pengajian umum tersebut dihadiri oleh jajaran Muspika Panarukan, Anggota DPRD dari fraksi Golkar Ahmad Busairi dan hadrah syabab yang terbagi dalam dua grup yakni hadrah syabab zainul hasan dari kandang, Desa olean dan hadrah Raudlatul Ulum, Desa Klatakan Kendit. Dalam acara tersebut juga di hadiri oleh ratusan ibu-ibu pengajian dan Jama’ah sholawat Desa Duwet, Kecamatan Panarukan.

Kepala Desa Duwet, Nurasiyati kepada wartawan Memontum.com menyampaikan, acara seperti ini baru pertama kali dilakukan. ” Kami sangat bersyukur karena seluruh kegiatan didukung penuh oleh perangkat dan seluruh masyarakat, ” ujarnya.

Untuk memberi pencerahan dan penyejuk rohani kepada masyarakat, kita mengundang penceramah beberapa kiai kharismatik dari Kabupaten Situbondo yaitu KH.Moh.Tamim Sufyan, KH.Almai Sufyan, Kiai Mas Ach.Mahfud Arif. Kami sangat bersyukur sekali karena animo masyarakat dengan adanya ngaji dan bersholawat dengan pengajian umum serta pawai obor sangat luar biasa sekali.

Advertisement

Kami berharap, memasuki tahun baru islam 1440 hijriyah ini semoga bisa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada yang maha kuasa.

”Ayo kita bersama-sama membangun talipersaudaraan diantara sesama agar kita semua selalu mendapat rahmad dan hidayahnya, ” tutur Nurasiyati.

Sementara itu, KH Almai Sufyan dalam dawuhnya yang bertemakan ” kebahagiaan sejati” dihadapan ratusan Jama’ah mengajak Jama’ah sholawat untuk semakin mendekatkan diri pada Allah SWT, agar perbuatan kita setiap harinya dilandasi iman dan taqwa. Lanjut KH.Almai, ada orang tidak tenang hidupnya, karena iman (kepercayaan) tidak melekat pada diri kita. “Kalau iman tidak melekat di dalam hati, sehingga perbuatan akan tidak terkontrol dan tidak bisa tercipta kebahagiaan yang sejati,” paparnya. (im/yan)

Advertisement
Advertisement
Lewat ke baris perkakas