Pemerintahan

Dispendik Jember Lakukan “Trauma Healing” Siswa Korban Bangunan Sekolah Ambruk, SD 02 Keting

Diterbitkan

-

RIANG : Anak-anak SD korban bangunan roboh sangat antusias mengikuti program Trauma Healing yang di bimbing para anggota Hismi Jember. (rir)
RIANG : Anak-anak SD korban bangunan roboh sangat antusias mengikuti program Trauma Healing yang di bimbing para anggota Hismi Jember. (rir)

Jember, Memontum – Pasca runtuhnya bangunan gedung atap sekolah di SD Negeri 02 Keting Kecamatan Jombang Kabupaten Jember, Sabtu (14/12/19) lalu, Kamis (19/12/19) pagi, Dispendik Kabupaten Jember bekersama dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3KAB) serta Himpunan Psikologi (Himsi) Cabang Jember, melakukan Trauma Healing (menghilangkan gangguan psikologi akibat syock / trauma ) kepada para siswa-siswi yang menjadi korban psikologis.

Kepala Bidang SD Dispendik Kabupaten Jember Sri Kantono mengatakan, kegiatan Trauma Healing ini merupakan suatu kegiatan sinergi antara DP3KAB dan Hismi dengan maksud agar hak-hak psikologis anak korban bencana ini tidak hilang sehingga bisa terlayani dengan baik.

“Yang penting Diknas itu ada kepastian bahwa proses pembelajaran di SD 02 Keting ini tidak terganggu, sehingga hak-hak anak untuk menerima pembelajaran tetap berlangsung, sekalipun dengan kondisi habis terkena musibah,” tuturnya.

Kepala DP3KAB Nur Cahyoha menyampaikan, tujuan utama di lakukan Trauma Healing ini, bagaimana anak-anak di SD 02 Keting ini lambat laun nantinya bisa melupakan kejadian musibah yang terjadi di SD ini.

Advertisement

“Dan hari ini teman-teman psikolog dari Hismi akan mengajak anak-anak untuk masuk ke ranah psikologi mereka,supaya kondisi keluhan yang di rasakan selama ini tentang trauma dan segala macam bisa di kurangi,” sebut Cahyo.

Tentunya lanjut Cahyo, kegiatan ini bisa saja selesai saat ini,atau bisa juga masih akan bisa berlanjut, tergantung nanti hasil perolehan data yang di kumpulkan oleh teman-teman psikolog.

Lebih lanjut Cahyo menjelaskan, Bilamana hasil penemuan atau profiling anak-anak ternyata kondisinya sama semua, yakni tidak terlalu berat, tidak menutup kemungkin kegiatan ini bisa dilanjutkan para guru.

“Tentunya dengan pola-pola pengajaran dan pendidikan yang bisa lebih membuat anak-anak nyaman selama mengikuti kegiatan Proses belajar mengajar,” jelasnya.

Advertisement

Waktu anak itu sambung Cahyo, hampir sepertiga hari waktu di habiskan di sekolah, sehingga waktu yang cukup lama harapanya bisa membuat kondisi yang nyaman ,aman dan membuat anak-anak bisa mengikuti kegiatan yang sebaik-baiknya.

“Saya berharap usai kegiatan ini anak-anak bisa mengikuti kegiatan Proses belajar mengajar dan mereka tidak lagi teringat kondisi sebelumnya, yang mungkin membuat traumatis atau tidak nyaman hingga mereka nanti merasa nyaman kembali seperti sediakala,” harapnya.

Sementara Mike Prasetyo salah satu anggota Himsi cabang Jember di lokasi kegiatan menjelaskan, kegiatan Himsi kali ini, fokusnya adalah anak-anak korban psikologi terkait peristiwa runtuhnya atap gedung kelas yang mereka tempati, program ini, Dia sebut, trauma healing, tujuanya untuk mengatasi trauma pada anak-anak terkait musibah tersebut.

“Pertama kami melakukan Asesmen atau penelusuran dahulu sejauh mana dampak dari bencana yang terjadi pada kemarin dan yang di rasakan dan bagaimana tingkatan beban trauma pada anak -anak korban psikologi ini,” terangnya.

Advertisement

Kata Mike, pihaknya akan melakukan asesmen ini dengan cara melakukan beberapa permainan dan wawancara serta mengumpulkan informasi dari guru-guru.

“Ini merupakan asesmen awal jika trauma parah kami akan lakukan terapi dengan cara seperti ini,jika ringan kmi harus bagaimana, sedang juga sama,” katanya. (rir/yud/oso)

 

Advertisement
Advertisement
Lewat ke baris perkakas