Kota Malang

Melalui Literasi, Ubah Mindset Sehari Tanpa Gadget

Diterbitkan

-

Animo anak-anak merasakan pertama kali permainan Rangku Alu. (ist)

Memontum Malang – Keberadaan gawai atau gedget membuat pergeseran pada pola tumbuh kembang anak-anak kita. Mereka menjadi pasif dan cenderung abai pada lingkungannya.

Menyadari hal ini, Kelompok Kuliah Kerja Nyata Program Pengabdian Mandiri (KKN-PPM) 150 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mencoba membumikan spirit literasi dengan beragam edukasi dan permainan.

Membaca buku mampu mengalihkan perhatian dari gadget. (ist)

Membaca buku mampu mengalihkan perhatian dari gadget. (ist)

“Selama ini anak-anak yang ada di Desa Wagir sangat bergantung dengan keberadaan gadget. Sangat disayangkan apabila masa kecil mereka dihabiskan hanya untuk menatap layar handphone,” ungkap Lena Okta, salah satu anggota Divisi Pendidikan KKN-PPM 150 UMM.

Melalui serangkaian pembukaan Omah Kreatif Wagir di Desa Parangargo Kecamatan Wagir, Malang, sejak Minggu (23/6/2019) lalu. Masyarakat di Desa Wagir yang mayoritas warganya menjadi buruh pabrik ini sangat antusias dalam merespons itikad baik anggota KKN PPM 105. Pasalnya, hampir sehari penuh mulai pagi hingga siang hari, berbagai edukasi dan permainan membuat fokus bermain gadget anak-anak teralihkan sejenak.

Turut dihadirkan Mobil KaCa UMM, untuk menyukseskan literasi di program berkonsep Ruman Baca ini, Jumat (28/6/2019). Nampak anak-anak sangat antusias dalam mengikuti serangkaian acara yang berkolaborasi dengan Humas dan Protokoler UMM. Anak-anak yang duduk di bangku TK dan SD ini serius menyimak materi jurnalistik terkait pembuatan berita yang dilengkapi praktik.

Advertisement

Selain materi jurnalistik, dilanjutkan outbound dengan beragam permainan, mulai Holahoop berputar, pengenalan permainan Rangku Alu dari Nusa Tenggara Timur, dan lainnya. Tujuannya, untuk meningkatkan rasa kekeluargaan dan kekompakan pada anak-anak. Pasalnya, untuk bermain Holahoop berputar dan Rangku Alu harus dilakukan berkelompok dan kompak.

Anak-anak yang terlibat pun mengaku senang. Salah satunya Fajar, siswa kelas 3 SD yang hobi bermain game hampir seharian. “Enak sih bisa main seharian bareng temen sekampung. Ga main sendiri pakai hape. Ga terasa, tahu-tahu sudah Dhuhur,” ungkap Fajar, sembari mengaku ingin menjadi komentator sepakbola, usai mendapat materi jurnalistik.

Sementara itu, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN-PPM 150, Frendy Aru Fantiro, mengatakan, Rumah Kreatif Wagir ini menjadi bangunan serbaguna bagi warga dalam bentuk industri kreatif dan kewirausahaan. Diharapkan dari sini banyak muncul ide-ide kreatif yang dapat mengembangkan Desa Wagir. “Karena selama ini Rumah Baca hanya diidentikkan dengan membaca,” jelasnya. (adn/yan)

 

Advertisement
Advertisement
Lewat ke baris perkakas